Sejak saat itu, dimana semuanya berubah, bertahun-tahun yang silam.
Sebuah rasa berontak sangat keras mendorongku untuk enggan menerima ini
semua. Rasanya sangat sulit menggantikan posisi seseorang yang memang
sudah berada dihati kita.
Namun, beribu rasa cemas ini tak menghalangi takdir yang terus menggandeng ragaku hingga detik ini untuk menerima semuanya. Seketika hatiku menerima dengan ikhlas tapi saat menerima itu juga rasanya ada yang terus mengalahkan rasa ikhlasku itu. Begitu sulit rasanya bagiku melawan penolakanku itu. Dan akhirnya, aku bisa bertahan sampai detik ini, sampai rangkaian kata ini sudah ku posting. Kedepannya siapa yang tahu, entah aku takkan bisa bertahan dan mengalah pada naluriku untuk berlari dan keluar dari lingkaran takdir yang sulit kuterima ini.
Papa. hanya satu nama itu yang terus kubayangkan dan terus ku pikirkan. Beliau yang selalu berupaya meletakkan pemikiranku kepada hal yang benar dan bersinergi positif. Huft, Papa andai aku tak malu untuk berkata "Begitu berarti Papa dihidupku, Terimakasih atas semuanya", ah sayangnya aku masih kaku dan belum lancar berbicara seperti itu dalam keadaanku yang sudah 17tahun ini. Ah andai semuanya berjalan normal dan tak pernah ada perpisahan. Sungguh sakit rasanya jika mengingat masa-masa yang menggerogoti masa kecilku dengan paksa dan ditinggalkan dengan setitik airmata kebahagiaan.
Sudahlah, semuanya memang sudah pada tempatnya masing-masing. berada pada jalur yang tentunya selalu berujung. Dan aku, harus tetap mengikuti alur ini dan akan selalu berupaya menerima semua. Syukron YaaRabb atas kelimpahan ikhlas dan sabar yang telah Kau sebarkan pada sendi-sendi perjalananku yang panjang dan melelahkan ini.
Semua yang terpaksa tak selalu buruk, meski harus menyisakan sedih.
Namun, beribu rasa cemas ini tak menghalangi takdir yang terus menggandeng ragaku hingga detik ini untuk menerima semuanya. Seketika hatiku menerima dengan ikhlas tapi saat menerima itu juga rasanya ada yang terus mengalahkan rasa ikhlasku itu. Begitu sulit rasanya bagiku melawan penolakanku itu. Dan akhirnya, aku bisa bertahan sampai detik ini, sampai rangkaian kata ini sudah ku posting. Kedepannya siapa yang tahu, entah aku takkan bisa bertahan dan mengalah pada naluriku untuk berlari dan keluar dari lingkaran takdir yang sulit kuterima ini.
Papa. hanya satu nama itu yang terus kubayangkan dan terus ku pikirkan. Beliau yang selalu berupaya meletakkan pemikiranku kepada hal yang benar dan bersinergi positif. Huft, Papa andai aku tak malu untuk berkata "Begitu berarti Papa dihidupku, Terimakasih atas semuanya", ah sayangnya aku masih kaku dan belum lancar berbicara seperti itu dalam keadaanku yang sudah 17tahun ini. Ah andai semuanya berjalan normal dan tak pernah ada perpisahan. Sungguh sakit rasanya jika mengingat masa-masa yang menggerogoti masa kecilku dengan paksa dan ditinggalkan dengan setitik airmata kebahagiaan.
Sudahlah, semuanya memang sudah pada tempatnya masing-masing. berada pada jalur yang tentunya selalu berujung. Dan aku, harus tetap mengikuti alur ini dan akan selalu berupaya menerima semua. Syukron YaaRabb atas kelimpahan ikhlas dan sabar yang telah Kau sebarkan pada sendi-sendi perjalananku yang panjang dan melelahkan ini.
Semua yang terpaksa tak selalu buruk, meski harus menyisakan sedih.
Komentar
Posting Komentar